KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbungan baik materi maupun pemikirannya. Harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan penglaman bagi para pembaca,
untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agara
menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan dan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
tentunya
penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi, dan saran yang di berikan. Yang
tehormat:
Bapak
Dr. H. Abd Wahab,SE.,Msi
Kami
mengharapkan kritik dan saranya, agar kami menjadikanya sebagai pembelajaran
atas kekurangan makalah yang singkat ini.
Demikian makalah ini, semoga bermanfaat
bagi kita semua. Amiin
DAFTAR
ISI
KATAPENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR
ISI...............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................1
a)
Latarbelakang.................................................................................................1
b)
Rumusan
masalah..........................................................................................2
c)
Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
a) Penawaran
Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran.............. ..................................................................................3
b)
Tiga Model Penawaran Agregat.... ...........................................
.....................3
c)
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Philips...............
........................................8
d)
Tradeoff Jangka-Pendek antara Inflasi dan
pengangguran...........................10
BAB III
PENUTUP.....................................................................................................11
a) Kesimpulan....................................................................................................11
b) Saran.............................................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Inflasi
dan Pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang di hadapi setiap
masyarakat. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa efek buruk yang
bersifat ekonomi, politik dan sosial. Untuk menghindari berbagai efek buruk
yang mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan. Di kebanyakan
negara masalah utama yang dihadapi adalah masalah pengangguran. Kebijakan
pemerintah yang dapat di jalankan untuk menangani masalah ini antara lain,
Kebijakan Fiskal, Kebijakan Ekonomi dan Kebijakan Segi Penawaran.
Dalam
perkonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, Inflasi dan Pengangguran
merupakan masalah ekonomi yang perlu dihadapi dan di atasi. Dalam sistem pasar
bebas, kedua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya di atasi. Kebijakan
pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu atau kedua masalah tersebut
timbul.
Inflasi
sebagai salah satu dinamika perekonomian adalah hal yang diprioritaskan oleh
pemerintah sebab dampaknya langsung terasa oleh masyarakat. Ketika inflasi
meningkat, maka harga-harga barang yang meningkat pula akan menyebabkan
masyarakat kesulitan dalam memenuhi berbagai kebutuhan pokoknya. Secara
sederhananya, Inflasi yang dialami masayarakat ini dirasakan dalam jangka pendek
dan memiliki efek langsung (Direct Effect).
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang di maksud dengan Inflasi dan masalah apa saja yang terkait dengan Inflasi?
2. Apa
yang di maksud dengan Pengangguran dan masalah apa saja yang terkait dengan
Pengangguran?
3. Faktor
apa saja yang menentukan pergeseran atau perubahan Kurva Phillips?
4. Apa
yang terjadi pada Tingkat pertukaran (Trade Off) jangka pendek dalam kurva
Phillips?
- Tujuan
1. Mengetahui
pengertian dan masalah terkait Inflasi.
2. Mengetahui
pengertian dan masalah terkait Pengangguran.
3. Mengetahui
hubungan antara Inflasi dan Pengangguran.
4. Mengetahui
faktor apa saja yang menentukan pergeseran atau perubahan pada Kura Phillips.
5. Mengetahui
apa yang terjadi pada tingkat pertukaran (Trade Off) jangka pendek dalam Kurva
Phillips.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi
dan Pengangguran
Kebanyakan
ekonom menganalisis fluktuasi jangka pendek dalam pendapatan agregat dan
tingkat harga dengan menggunakan model permintaan agregat serta penawaran
agregat. Pada tiga bab sebelumnya, kita telah mengkaji beberapa seluk beluk
dari permintaan agregat. Model IS-LM—bersama-sama
dengan sepupunya untuk model perekonomian terbuka, model
Mundell-Fleming—menunjukan bagaimana perubahan kebijakan moneter dan fiskal
serta goncangan terhadap pasar uang dan pasar barang menggeser kurva permintaan
agregat. Pada bab ini, kita mengalihkan perhatian pada penawaran agregat dan
mengembangkan teoriteori yang menjelaskan posisi serta kemiringan kurva
penawaran agregat.
B. Tiga Model Penawaran Agregat
Ketika
kelas-kelas dalam ilmu fisika mempelajari tentang bola yang digelindingkan di
bidang miring, mereka sering memulainya dengan mengasumsikan ketiadaan friksi.
Asumsi tersebut menyederhanakan masalah dan berguna dalam berbagai keadaan,
tetapi tidak ada insinyur hebat yang 1-nenggunakan asurnsi ini sebagai uraian
tertulis tentang bagaimana dunia sesungguhnya bekerja. Demikian pula, buku ini
dimulai dengan teori makroekonomi klasik, tetapi akan menjadi sebuah kesalahan
jika kita mengasumsikan bahwa model ini benar untuk semua kondisi. Tugas kita
sekarang adalah mempelajari lebih dalam tentang "friksi" dari ilmu
makroekonorni.
Meskipun
masing-masing dari ketiga model itu membawa kita pada jalur teoritis yang
berbeda, setiap jalur berakhir pada tempat yang lama. Persinggahan akhir itu
adalah persamaan penawaran agregat jangka pendek dalam bentuk
Y =
Y + α(P – Pe), α>0,
di
mana Y adalah output, Y adalah tingkat output alami, P adalah tingkat harga, danPeadalah
tingkat harga yang diharapkan. Persamaan ini menyatakan bahwa output menyimpang
dari tingkat alamiah, bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang
diperkirakan. Parameter α menunjukkan
berapa banyak output merespons terhadap perubahan yang tidak arapkan dalam
tingkat harga; 1/α adalah kemiringan
dari kurva penawaran agregat.
1.
Model
Harga-Kaku
Penjelasan
pertama kita tentangmengapa kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke
atas, disebut sebagai model harga kaku (sticky
price model). Model ini memungkinkan bahwa perusahaan tidak secara instan
menyesuaikan harga yang mereka tetapkan sebagai respons terhadap perubahan
permintaan. Kadang-kadang harga ditetapkan oleh kontrak jangka panjang antara
perusahaan dan pelanggan bahkan tanpa kesepakatan formal, perusahaan bisa
mempertahankan harga agar tidak merepotkan pelanggantetap mereka dengan sering
berubahnya harga.
Kita menulis
harga yang diinginkan perusahaan sebagai
p = P + α(Y —
Y).
Persamaan
ini menyatakan bahwa harga yang diinginkan p
tergantung pada tingkat harga keseluruhan P
dan pada tingkat output agregat relatif terhadap tingkat alainiah Y — Y. Parameter α (yang lebih besar dari nol) mengukur berapa besar harga yang
diinginkan perusahaan untuk menanggapi tingkat output agregat.
Sekarang
asumsikanlah bahwa ada dua jenis perusahaan. Sebagian memiliki harga yang
fleksibel: perusahaan ini selalu menetapkan harga menurut persamaan ini.
Sebagian lain memiliki harga yang kaku: perusahaan ini mencamtumkan harga
berdasarkan kondisi perekonomian yang mereka harapkan. Perusahaan dengan harga
kaku menetapkan harga yang mengacu pada
p = Pe + α(Ye
– Ye),
dimana
sebagaimana sebelumnya, huruf kecil "e" Menunjukannilai yang
diharapkan dari sebuah variabel. Untuk mempermudah, asumsikanlah bahwa perusahaan
mengharapkan output berada dalam tingkat alamiah, sehingga α (Ye – Ye) adalah nol.kemudian perusahaan
ini ,menetapkan harga
p = Pe
Artinya,
perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga berdasarkan prediksi bahwa
perusahaan-perusahaan lain menetapkan harga yang sama.
Kita bisa menggunakan kaidah penetapan harga dari dua kelompok perusahaan
untuk menderivasi persamaan penawaran agregat. Untuk melakukan hal ini, kita
mendapatkan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian, yang merupakan
rata-rata tertimbang dari harga yang ditetapkan oleh kedua kelompok perusahaan
tersebut. jika s adalah fraksi
perusahaan dengan harga kaku dan (1 – s)
adalah fraksi dengan harga fleksibel, maka tingkat harga keseluruhan adalah
P = sPe + (1 - s)[P
+ a(Y – Y)].
Simbol
pertarna adalah harga dari perusahaan dengan harga-kaku yang ditimbang menurut
fraksinya dalam perekonomian, dan simbol kedua adalah harga dari perusahaan
dengan harga fleksibel yang ditimbang menurut fraksinya. Sekarang kurangi (1 – s)P
dari kedua sisi persamaan ini untuk mendapatkan
sP = sPe + (1 – s) [α(Y
– Y)].
Bagilah
kedua sisi dengan s untuk mencari
tingkat harga keseluruhan:
P = Pe + [(1 – s)α /s](Y
– Y).
Kedua simbol
dalam persamaan ini dijelaskan sebagai berikut:
Ø Bila
mengharapkan tingkat harga yang tinggi, perusahaan mengharapkan biaya yang
tinggi. Perusahaan yang memberlakukan harga tetap pada akhimya menetapkan harga
yang tinggi. Harga yang tinggi ini menyebabkan perusahaan lain menetapkan harga
yang juga tinggi. jadi, tingkat harga tinggi yang diharapkan Pemenyebabkan tingkat harga
aktual P yang tinggi.
Ø Ketika
output tinggi, permintaan terhadap barang juga tinggi. Perusahaan-perusahaan
dengan harga fleksibel menetapkan harga yang tinggi, yang menyebabkan tingkat
harga menjadi tinggi. Darnpak output terhadap tingkat harga tergantung pada
proporsi perusahaan dengan harga fleksibel,
jadi,
tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang diharapkan dan
pada tingkat output.
Manipulasi aljabar ini membentuk persamaan penetapan harga agregat menjadi
rumus yang lebih kita kenal
Y = Y + α(P – Pe),
di mana α = s/[l -s)α]. Model harga kaku
menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah secara positif
berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan.
2. Model Upah Kaku
Untuk
menjelaskan mengapa kurva,penawaran agregat jangka pendek miring ke atas,
banyak ekonom meiiekaukau pada lambaunya penyesuaian upah nominal
Model upah
kaku (sticky wage model) menunjukkan
implikasi dari upah nominal kaku pada penawaran agregat. Untuk mengkaji ulang
model tersebut, perhatikanlah apa yang terjadi pada jumlah output yang
diproduksi ketika tingkat harga naik.
Asumsi akhir
dari model Upah kaku (sticky wage model)
adalah bahwa kesempatan kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diminta
perusahaan. Dengan kata lain, tawar-menawar antara pekerja dan perusahaan tidak
menentukan tingkat kesempatan kerja untuk selanjutnya; kecuali bila, para
pekerja sepakat untuk memberikan tenaga kerja sebanyak yang ingin dipekedakan
oleh perusahaan pada tingkat upah yang telah ditetapkan sebelumnya. Kita
menggambarkan keputusan penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan dengan fungsi
permintaan tenaga kerja
L = Ld (W/P),
yang
menyatakan bahwa semakin rendah upah riil, semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan perusahaan.
3.
Model
InformasiTak Sempurna
Model
infomasi tak sempurna mengasumsikan bahwa setiap pemasok dalam perekonorman
memproduksi barang tunggal dan mengkonsumsi banyak barang. Karena jumlah barang
begitu besar, para pemasok tidak dapat mengamati seluruh harga, baik dalam
jangka panjang maupunjangka pendek. Merekamemantau dengan ketat harga barang
yang mereka produksi tetapi kurang memantau harga seluruhbarang yang mereka
konsumsi. Karena informasi yang tidak sempurna itu, mereka kadang-kadang
bingung antara perubahan seluruh tingkat harga dengan perubahan harga relatif.
Kebingungan ini menimbulkan hubungan positif antara tingkat harga dan output
dalam jangka pendek.
Ringkasnya,
model informasi tak sempurna menyatakan bahwa bila harga aktual melebihi harga
yang diharapkan, para pemasok akan meningkatkan output mereka. Model tersebut
menunjuk-kan kurva penawaran agregat yang sekarang kita kenal:
Y =
y + α(P – Pe).
Output
menyimpang dari tingkat alamiah bila tingkat harga menyimpang dari tingkat
harga yang diharapkan.
Perbedaan Internasional dalam Kurva
Penawaran Agregat
Model
harga kaku juga membuat prediksi tentang kemiringan kurva penawaran agregat
jangka pendek. Dalam hal tertentu, model harga kaku memprediksi bahwa tingkat
inflasi rata-rata seharusnya mempengaruhi kemiringan kurva penawaran agregat
jangka pendek. Bila tingkat inflasi rata-rata adalah tinggi, akan sangat mahal
bagi perusahaan untuk mempertahankan harga tetap pada rentang waktu yang panjang.
Jadi, perusahaan menyesuaikan harga lebih sering. Penyesuaian harga yang lebih
sering ini akan menyebabkan tingkat harga keseluruhan lebih cepat merespons
goncangan pada permintaan agregat. jadi, tingkat inflasi yang tinggi seharusnya
membuat kurva penawaran agregat jangka pendek lebih curam.
lkhtisar dan Implikasi
Meskipun
tiga model penawaran agregat berbeda dalam asumsi dan penekanannya,
implikasinya terhadap output agregat adalah serupa. Semua bisa diringkas dengan
persamaan
Y =
Y + a(Pe).
Persamaan
ini menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah dikaitkan dengan
penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan. Jika tingkat harga lebih tinggi dari tingkat
harga yang diharapkan, output akan naik melebihi tingkat alamiah. Jika tingkat
harga lebih rendah dari tingkat harga yang diharapkan, output turim lebih
rendah dari tingkat alamiah.
C. Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Philips
Dua
tujuan yang ingin dicapai Para pembuat kebijakan ekonomi adalah inflasi yang
rendah dan pengangguran yang rendah, tetapi sering kali kedua tujuan ini
bertentangan. Anggaplah, misalnya, bahwa pembuat kebijakan menggunakan
kebijakan fiskal atau moneter untuk memperbesar permintaan agregat. Kebijakan
ini akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka
pendek ke titik output yang lebih tinggi dan tingkat harga yang lebih tinggi.
Tradeoff
antara inflasi dan pengangguran ini, yang disebut kurva Phillips, adalah topik
kita pada bagian ini. sebagaimana kita lihat (dan akan diderivasikan sccara
lebih formal), kurva Phillips merupakan refleksi dari kurva penawaran agregat
jangka pendek: ketika para pembuat kebijakan menggerakkan perekonomian
sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek, pengangguran dan inflasi
bergerak dalam arah berlawanan. Kurva Phillips adalah cara yang berguna untuk
menunjukan penawaran agregat karena inflasi dan pengangguran merupakan ukuran
kinerja perekonomian yang penting.
Menderivisi Kurva Phillips dari Kurva Penawaran Agregat
Kurva
Phillips (Phillips curve) dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa tingkat
inflasi tergantung pada tiga kekuatan:
Ø Inflasi
yang diharapkan;
Ø Deviasi
pengangguran dari tingkat alamiah, yang disebut pengangguran siklis
Ø Guncangan
penawaran.
Dari
manakah persamaan untuk kurva Phillips ini berasal? Meskipun kelihatannya tidak
biasa, kita bisa menderivasinya dari persamaan untuk penawaran agregat. Untuk
melihat bagaimana caranya, tulislah persamaan penawaran agregat sebagai
P
= Pe + (1/a)(Y — Y),
Dengan
satu penambahan, satu pengurangan, dan satu substitusi, kita bisa memanipulasi
persamaan ini untuk mendapatkan hubungan antara inflasi dan pengangguran.
Ekspektasi Adaptif dan
Inersia Inflasi
Agar
kurva Phillips bermanfaat dalam menganalisis pilihan-pilihan yang dihadapi para
pembuat kebijakan, penyebab inflasi yang diharapkan harus ditentukan. Asumsi
sederhana dan sering kali masuk akal adalah bahwa orang-orang membentuk
ekspektasi mereka terhadap inflasi berdasarkan inflasi yang sedang diamati.
Asumsi ini disebut ekspektasi adaptif (adaptive expectations). Sebagai contoh,
anggaplah orang-orang mengharapkan harga meningkat tahun ini pada tingkat yang
sama sebagaimana tahun lalu. Kemudian inflasi yang diharapkan πe sama dengan
inflasi tahun lalu π-1
πe
= π-1
Dalam
kasus ini, kita bisa menulis kurva Phillips sebagai
π
= π-1 – β(u – ue) + v
Dua Penyebab Naik dan
Turunnya Inflasi
Simbol
kedua dan ketiga dalam persamaan kurva Phillips menunjukkan dua kekuatan yang
dapat mengubah tingkat inflasi.
Simbol
kedua, β(u – ue)menunjukkan bahwa pengangguran siklis – penyimpangan
pengangguran dari tingkat alamiah—memberi tekanan ke atas dan ke bawah pada
inflasi. Pengangguran yang rendah akan menarik inflasi ke atas. Indah yang
disebut inflasi tarikanpermintaan (demand-pull inflation) karena permintaan
agregat yang tinggi bertanggung jawab atas jenis inflasi ini. Pengangguran yang
tinggi menarik tingkat inflasi ke bawah. Parametermengukur sejauh mana
responsivitas inflasi terhadap pengangguran siklis.
D.
Tradeoff
Jangka-Pendek antara Inflasi dan pengangguran
persamaan
kurva Phillips dan menunjukkan tradeoff jangka pendek antara inflasi dan
pengangguran. Ketika pengangguran berada pada tingkat alamiahnya (u –
ue)inflasi bergantung pada inflasi yang diperkirakan dan guncangan penawaran (π
= πe + v). Parameter β menentukan kemiringan dari tradeoff antara inflasi dan
pengangguran. Dalam jangka pendek, untuk suatu tingkat inflasi yang
diprediksikan, pembuat kebijakan dapat memanipulasi permintaan agregat untuk
memilih kombinasi inflasi dan pengangguran pada kurva ini, yang disebut kurva
Phillips jangka pendek.
Ingat,
bahwa posisi kurva Phillips jangka pendek tergantung pada tingkat inflasi yang
diharapkan. Jika inflasi yang diharapkan naik, kurva tersebut bergeser ke atas,
dan tradeoff yang dihadapi pernbuat kebijakan menjadi kurang bernilai: inflasi
akan lebih tinggi pada seluruh tingkat pengangguran.
Karena
orang-orang menyesuaikan ekspektasinya atas inflasi sepanjang waktu, maka
tradeoff antara inflasi dan pengangguran hanya sertahan dalam jangka pendek.
Pembuat kebijakan tidak bisa mempertahankan inflasi di atas inflasi yang
diharapkan (dan dengan demikian pengangguran berada di bawah tingkat alamiah)
selamanya. Secara berangsur-angsur, ekspektasi akan beradaptasi pada setiap
tingkat inflasi yang dipilih pembuat kebijakan tersebut. Dalam jangka panjang,
dikotomi klasik akan berlaku, pengangguran kembali ke tingkat alamiah, Serta
tidak ada tradeoff antara inflasi dan pengangguran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kita awali bab ini dengan membahas tiga model
penawaran agregat, yang masing-masing memfokuskan pada alasan yang berbeda
mengapa dalam jangka pendek, output di atas tingkat alamialinya ketika tingkat
harga naik di atas tingkat yang diharapkan oleh banyak orang. Ketiga Model
nienjelaskan mengapa kurva penawaran agregrat jangka pendek miring ke atas, dan
semuanya menghasilkan tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran.
Cara mudah untuk menampilkan dan menganalisis tradeoff itu adalah dengan persamaan
kurva Phillips, yang menyatakan bahwa inflasi tergantung pada inflasi yang
diharapkan, pengangguran siklis, dan guncangan penawaran.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun masih banyak
menemui kesulitan dalam pencarian data maupun analisis pokok bahasan. Oleh
karenanya, hasil output makalah ini setidaknya menjadi cerminan penyusun untuk
kemudian bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Dengan adanya makalah
mengenai trade off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran ini, kita
dapat mengetahui bahwa para pengambil kebijakan terutama moneter harus
mempraktekkan dengan baik kurva Phillips ini, namun di Indonesia hal ini tidak
terjadi karena pada dasarnya kurva Phillips tidak cocok dengan kondisi
perekonomian di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. N. Gregory Mankiw, “Principles of
Macroeconomics”, Thompson/South Western, Fifth
Edition, 2008.
2. Mankiw, N. Gregory. Makroekonomi Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga, 2006.
3. Samuel, Paul A & William D. Nordhaus. Ilmu
Makroekonomi Edisi Tujuh Belas. Jakarta: PT. Media Global Edukasi, 2004.
No comments:
Post a Comment