Wednesday, 21 December 2016

makroekonomi_makalah



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbungan baik materi maupun pemikirannya. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan penglaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agara menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan dan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi, dan saran yang di berikan. Yang tehormat:
Bapak Dr. H. Abd Wahab,SE.,Msi
Kami mengharapkan kritik dan saranya, agar kami menjadikanya sebagai pembelajaran atas kekurangan makalah yang singkat ini.
    Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin


DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
a)      Latarbelakang.................................................................................................1
b)      Rumusan masalah..........................................................................................2
c)      Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
a)    Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan   Pengangguran.............. ..................................................................................3
b)    Tiga Model Penawaran Agregat.... ........................................... .....................3
c)    Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Philips............... ........................................8
d)    Tradeoff Jangka-Pendek antara Inflasi dan pengangguran...........................10
BAB III PENUTUP.....................................................................................................11
a)    Kesimpulan....................................................................................................11
b)    Saran.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Inflasi dan Pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang di hadapi setiap masyarakat. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial. Untuk menghindari berbagai efek buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan. Di kebanyakan negara masalah utama yang dihadapi adalah masalah pengangguran. Kebijakan pemerintah yang dapat di jalankan untuk menangani masalah ini antara lain, Kebijakan Fiskal, Kebijakan Ekonomi dan Kebijakan Segi Penawaran.
Dalam perkonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, Inflasi dan Pengangguran merupakan masalah ekonomi yang perlu dihadapi dan di atasi. Dalam sistem pasar bebas, kedua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya di atasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu atau kedua masalah tersebut timbul.
Inflasi sebagai salah satu dinamika perekonomian adalah hal yang diprioritaskan oleh pemerintah sebab dampaknya langsung terasa oleh masyarakat. Ketika inflasi meningkat, maka harga-harga barang yang meningkat pula akan menyebabkan masyarakat kesulitan dalam memenuhi berbagai kebutuhan pokoknya. Secara sederhananya, Inflasi yang dialami masayarakat ini dirasakan dalam jangka pendek dan memiliki efek langsung (Direct Effect).






B.   Rumusan Masalah
1.    Apa yang di maksud dengan Inflasi dan masalah apa saja yang terkait dengan Inflasi?
2.    Apa yang di maksud dengan Pengangguran dan masalah apa saja yang terkait dengan Pengangguran?
3.    Faktor apa saja yang menentukan pergeseran atau perubahan Kurva Phillips?
4.    Apa yang terjadi pada Tingkat pertukaran (Trade Off) jangka pendek dalam kurva Phillips?

  1. Tujuan
1.    Mengetahui pengertian dan masalah terkait Inflasi.
2.    Mengetahui pengertian dan masalah terkait Pengangguran.
3.    Mengetahui hubungan antara Inflasi dan Pengangguran.
4.    Mengetahui faktor apa saja yang menentukan pergeseran atau perubahan pada Kura Phillips.
5.    Mengetahui apa yang terjadi pada tingkat pertukaran (Trade Off) jangka pendek dalam Kurva Phillips.


BAB II
PEMBAHASAN

A.Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan   Pengangguran
Kebanyakan ekonom menganalisis fluktuasi jangka pendek dalam pendapatan agregat dan tingkat harga dengan menggunakan model permintaan agregat serta penawaran agregat. Pada tiga bab sebelumnya, kita telah mengkaji beberapa seluk beluk dari permintaan agregat. Model IS-LM—bersama-sama dengan sepupunya untuk model perekonomian terbuka, model Mundell-Fleming—menunjukan bagaimana perubahan kebijakan moneter dan fiskal serta goncangan terhadap pasar uang dan pasar barang menggeser kurva permintaan agregat. Pada bab ini, kita mengalihkan perhatian pada penawaran agregat dan mengembangkan teori­teori yang menjelaskan posisi serta kemiringan kurva penawaran agregat.

B. Tiga Model Penawaran Agregat
Ketika kelas-kelas dalam ilmu fisika mempelajari tentang bola yang digelindingkan di bidang miring, mereka sering memulainya dengan mengasumsikan ketiadaan friksi. Asumsi tersebut menyederhanakan masalah dan berguna dalam berbagai keadaan, tetapi tidak ada insinyur hebat yang 1-nenggunakan asurnsi ini sebagai uraian tertulis tentang bagaimana dunia sesungguhnya bekerja. Demikian pula, buku ini dimulai dengan teori makroekonomi klasik, tetapi akan menjadi sebuah kesalahan jika kita mengasumsikan bahwa model ini benar untuk semua kondisi. Tugas kita sekarang adalah mempelajari lebih dalam tentang "friksi" dari ilmu makro­ekonorni.
Meskipun masing-masing dari ketiga model itu membawa kita pada jalur teoritis yang berbeda, setiap jalur berakhir pada tempat yang lama. Persinggahan akhir itu adalah persamaan penawaran agregat jangka pendek dalam bentuk
Y  =  Y  + α(P – Pe),              α>0,
di mana Y adalah output, Y adalah tingkat output alami, P adalah tingkat harga, danPeadalah tingkat harga yang diharapkan. Persamaan ini menyatakan bahwa output menyimpang dari tingkat alamiah, bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diperkirakan. Parameter α menunjukkan berapa banyak output merespons terhadap perubahan yang tidak arapkan dalam tingkat harga; 1/α adalah kemiringan dari kurva penawaran agregat.
1.    Model Harga-Kaku
Penjelasan pertama kita tentangmengapa kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas, disebut sebagai model harga kaku (sticky price model). Model ini memungkinkan bahwa perusahaan tidak secara instan menyesuaikan harga yang mereka tetapkan sebagai respons terhadap perubahan permintaan. Kadang-kadang harga ditetapkan oleh kontrak jangka panjang antara perusahaan dan pelanggan bahkan tanpa kesepakatan formal, perusahaan bisa mempertahankan harga agar tidak merepotkan pelanggantetap mereka dengan sering berubahnya harga.
Kita menulis harga yang diinginkan perusahaan sebagai
p = P + α(Y — Y).
Persamaan ini menyatakan bahwa harga yang diinginkan p tergantung pada tingkat harga keseluruhan P dan pada tingkat output agregat relatif terhadap tingkat alainiah Y — Y. Parameter α (yang lebih besar dari nol) mengukur berapa besar harga yang diinginkan perusahaan untuk menanggapi tingkat output agregat.
Sekarang asumsikanlah bahwa ada dua jenis perusahaan. Sebagian memiliki harga yang fleksibel: perusahaan ini selalu menetapkan harga menurut persamaan ini. Sebagian lain memiliki harga yang kaku: perusahaan ini mencamtumkan harga berdasarkan kondisi perekonomian yang mereka harapkan. Perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga yang mengacu pada
p = Pe + α(YeYe),
dimana sebagaimana sebelumnya, huruf kecil "e" Menunjukannilai yang diharapkan dari sebuah variabel. Untuk mempermudah, asumsikanlah bahwa perusahaan mengharapkan output berada dalam tingkat alamiah, sehingga α (Ye – Ye) adalah nol.kemudian perusahaan ini ,menetapkan harga
p = Pe
Artinya, perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga berdasarkan prediksi bahwa perusahaan-perusahaan lain menetapkan harga yang sama.

Kita bisa menggunakan kaidah penetapan harga dari dua kelompok perusahaan untuk menderivasi persamaan penawaran agregat. Untuk melakukan hal ini, kita mendapatkan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian, yang merupakan rata-rata tertimbang dari harga yang ditetapkan oleh kedua kelompok perusahaan tersebut. jika s adalah fraksi perusahaan dengan harga kaku dan (1 – s) adalah fraksi dengan harga fleksibel, maka tingkat harga keseluruhan adalah
P = sPe + (1  - s)[P + a(Y – Y)].
Simbol pertarna adalah harga dari perusahaan dengan harga-kaku yang ditimbang menurut fraksinya dalam perekonomian, dan simbol kedua adalah harga dari perusahaan dengan harga fleksibel yang ditimbang menurut fraksinya. Sekarang kurangi (1 – s)P dari kedua sisi persamaan ini untuk mendapatkan
sP = sPe + (1 – s) [α(Y – Y)].
Bagilah kedua sisi dengan s untuk mencari tingkat harga keseluruhan:
P = Pe + [(1 – s)α /s](Y – Y).
Kedua simbol dalam persamaan ini dijelaskan sebagai berikut:
Ø  Bila mengharapkan tingkat harga yang tinggi, perusahaan mengharapkan biaya yang tinggi. Perusahaan yang memberlakukan harga tetap pada akhimya menetapkan harga yang tinggi. Harga yang tinggi ini menyebabkan perusahaan lain menetapkan harga yang juga tinggi. jadi, tingkat harga tinggi yang diharapkan Pemenyebabkan tingkat harga aktual P yang tinggi.
Ø  Ketika output tinggi, permintaan terhadap barang juga tinggi. Perusahaan-perusahaan dengan harga fleksibel menetapkan harga yang tinggi, yang menyebabkan tingkat harga menjadi tinggi. Darnpak output terhadap tingkat harga tergantung pada proporsi perusahaan dengan harga fleksibel,
jadi, tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang diharapkan dan pada tingkat output.
Manipulasi aljabar ini membentuk persamaan penetapan harga agregat menjadi rumus yang lebih kita kenal
Y = Y + α(P – Pe),
di mana α = s/[l -s)α]. Model harga kaku menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah secara positif berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan.
2.      Model Upah Kaku
Untuk menjelaskan mengapa kurva,penawaran agregat jangka pendek miring ke atas, banyak ekonom meiiekaukau pada lambaunya penyesuaian upah nominal
Model upah kaku (sticky wage model) menunjukkan implikasi dari upah nominal kaku pada penawaran agregat. Untuk mengkaji ulang model tersebut, perhatikanlah apa yang terjadi pada jumlah output yang diproduksi ketika tingkat harga naik.
Asumsi akhir dari model Upah kaku (sticky wage model) adalah bahwa kesempatan kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diminta perusahaan. Dengan kata lain, tawar-menawar antara pekerja dan perusahaan tidak menentukan tingkat kesempatan kerja untuk selanjutnya; kecuali bila, para pekerja sepakat untuk memberikan tenaga kerja sebanyak yang ingin dipekedakan oleh perusahaan pada tingkat upah yang telah ditetapkan sebelumnya. Kita menggambarkan keputusan penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan dengan fungsi permintaan tenaga kerja
L = Ld (W/P),
yang menyatakan bahwa semakin rendah upah riil, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan.
3.    Model InformasiTak Sempurna
Model infomasi tak sempurna mengasumsikan bahwa setiap pemasok dalam perekonorman memproduksi barang tunggal dan mengkonsumsi banyak barang. Karena jumlah barang begitu besar, para pemasok tidak dapat mengamati seluruh harga, baik dalam jangka panjang maupunjangka pendek. Merekamemantau dengan ketat harga barang yang mereka produksi tetapi kurang memantau harga seluruhbarang yang mereka konsumsi. Karena informasi yang tidak sempurna itu, mereka kadang-kadang bingung antara perubahan seluruh tingkat harga dengan perubahan harga relatif. Kebingungan ini menimbulkan hubungan positif antara tingkat harga dan output dalam jangka pendek.
Ringkasnya, model informasi tak sempurna menyatakan bahwa bila harga aktual melebihi harga yang diharapkan, para pemasok akan meningkatkan output mereka. Model tersebut menunjuk-kan kurva penawaran agregat yang sekarang kita kenal:
Y = y + α(P – Pe).
Output menyimpang dari tingkat alamiah bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diharapkan.
Perbedaan Internasional dalam Kurva Penawaran Agregat
Model harga kaku juga membuat prediksi tentang kemiringan kurva penawaran agregat jangka pendek. Dalam hal tertentu, model harga kaku memprediksi bahwa tingkat inflasi rata-rata seharusnya mempengaruhi kemiringan kurva penawaran agregat jangka pendek. Bila tingkat inflasi rata-rata adalah tinggi, akan sangat mahal bagi perusahaan untuk mempertahankan harga tetap pada rentang waktu yang panjang. Jadi, perusahaan menyesuaikan harga lebih sering. Penyesuaian harga yang lebih sering ini akan menyebabkan tingkat harga keseluruhan lebih cepat merespons goncangan pada permintaan agregat. jadi, tingkat inflasi yang tinggi seharusnya membuat kurva penawaran agregat jangka pendek lebih curam.
lkhtisar dan Implikasi
Meskipun tiga model penawaran agregat berbeda dalam asumsi dan penekanannya, implikasinya terhadap output agregat adalah serupa. Semua bisa diringkas dengan persamaan
Y = Y + a(Pe).
Persamaan ini menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah dikaitkan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan. Jika tingkat harga lebih tinggi dari tingkat harga yang diharapkan, output akan naik melebihi tingkat alamiah. Jika tingkat harga lebih rendah dari tingkat harga yang diharapkan, output turim lebih rendah dari tingkat alamiah.


C.   Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Philips
Dua tujuan yang ingin dicapai Para pembuat kebijakan ekonomi adalah inflasi yang rendah dan pengangguran yang rendah, tetapi sering kali kedua tujuan ini bertentangan. Anggaplah, misalnya, bahwa pembuat kebijakan menggunakan kebijakan fiskal atau moneter untuk memperbesar permintaan agregat. Kebijakan ini akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang lebih tinggi dan tingkat harga yang lebih tinggi.
Tradeoff antara inflasi dan pengangguran ini, yang disebut kurva Phillips, adalah topik kita pada bagian ini. sebagaimana kita lihat (dan akan diderivasikan sccara lebih formal), kurva Phillips merupakan refleksi dari kurva penawaran agregat jangka pendek: ketika para pembuat kebijakan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek, pengangguran dan inflasi bergerak dalam arah berlawanan. Kurva Phillips adalah cara yang berguna untuk menunjukan penawaran agregat karena inflasi dan pengangguran merupakan ukuran kinerja perekonomian yang penting.
Menderivisi Kurva Phillips dari Kurva Penawaran Agregat
Kurva Phillips (Phillips curve) dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa tingkat inflasi tergantung pada tiga kekuatan:
Ø  Inflasi yang diharapkan;
Ø  Deviasi pengangguran dari tingkat alamiah, yang disebut pengangguran siklis
Ø  Guncangan penawaran.
Dari manakah persamaan untuk kurva Phillips ini berasal? Meskipun kelihatannya tidak biasa, kita bisa menderivasinya dari persamaan untuk penawaran agregat. Untuk melihat bagaimana caranya, tulislah persamaan penawaran agregat sebagai
P = Pe + (1/a)(Y — Y),
Dengan satu penambahan, satu pengurangan, dan satu substitusi, kita bisa memanipulasi persamaan ini untuk mendapatkan hubungan antara inflasi dan pengangguran.
Ekspektasi Adaptif dan Inersia Inflasi
Agar kurva Phillips bermanfaat dalam menganalisis pilihan-pilihan yang dihadapi para pembuat kebijakan, penyebab inflasi yang diharapkan harus ditentukan. Asumsi sederhana dan sering kali masuk akal adalah bahwa orang-orang membentuk ekspektasi mereka terhadap inflasi berdasarkan inflasi yang sedang diamati. Asumsi ini disebut ekspektasi adaptif (adaptive expectations). Sebagai contoh, anggaplah orang-orang mengharapkan harga meningkat tahun ini pada tingkat yang sama sebagaimana tahun lalu. Kemudian inflasi yang diharapkan πe sama dengan inflasi tahun lalu π-1
πe = π-1
Dalam kasus ini, kita bisa menulis kurva Phillips sebagai
π = π-1 – β(u – ue) + v
Dua Penyebab Naik dan Turunnya Inflasi
Simbol kedua dan ketiga dalam persamaan kurva Phillips menunjukkan dua kekuatan yang dapat mengubah tingkat inflasi.
Simbol kedua, β(u – ue)menunjukkan bahwa pengangguran siklis – penyimpangan pengangguran dari tingkat alamiah—memberi tekanan ke atas dan ke bawah pada inflasi. Pengangguran yang rendah akan menarik inflasi ke atas. Indah yang disebut inflasi tarikanpermintaan (demand-pull inflation) karena permintaan agregat yang tinggi bertanggung jawab atas jenis inflasi ini. Pengangguran yang tinggi menarik tingkat inflasi ke bawah. Parametermengukur sejauh mana responsivitas inflasi terhadap pengangguran siklis.


D.   Tradeoff Jangka-Pendek antara Inflasi dan pengangguran
persamaan kurva Phillips dan menunjukkan tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran. Ketika pengangguran berada pada tingkat alamiahnya (u – ue)inflasi bergantung pada inflasi yang diperkirakan dan guncangan penawaran (π = πe + v). Parameter β menentukan kemiringan dari tradeoff antara inflasi dan pengangguran. Dalam jangka pendek, untuk suatu tingkat inflasi yang diprediksikan, pembuat kebijakan dapat memanipulasi permintaan agregat untuk memilih kombinasi inflasi dan pengangguran pada kurva ini, yang disebut kurva Phillips jangka pendek.
Ingat, bahwa posisi kurva Phillips jangka pendek tergantung pada tingkat inflasi yang diharapkan. Jika inflasi yang diharapkan naik, kurva tersebut bergeser ke atas, dan tradeoff yang dihadapi pernbuat kebijakan menjadi kurang bernilai: inflasi akan lebih tinggi pada seluruh tingkat pengangguran.
Karena orang-orang menyesuaikan ekspektasinya atas inflasi sepanjang waktu, maka tradeoff antara inflasi dan pengangguran hanya sertahan dalam jangka pendek. Pembuat kebijakan tidak bisa mempertahankan inflasi di atas inflasi yang diharapkan (dan dengan demikian pengangguran berada di bawah tingkat alamiah) selamanya. Secara berangsur-angsur, ekspektasi akan beradaptasi pada setiap tingkat inflasi yang dipilih pembuat kebijakan tersebut. Dalam jangka panjang, dikotomi klasik akan berlaku, pengangguran kembali ke tingkat alamiah, Serta tidak ada tradeoff antara inflasi dan pengangguran.


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kita awali bab ini dengan membahas tiga model penawaran agregat, yang masing-masing memfokuskan pada alasan yang berbeda mengapa dalam jangka pendek, output di atas tingkat alamialinya ketika tingkat harga naik di atas tingkat yang diharapkan oleh banyak orang. Ketiga Model nienjelaskan mengapa kurva penawaran agregrat jangka pendek miring ke atas, dan semuanya menghasilkan tradeoff jangka pendek antara inflasi dan pengangguran. Cara mudah untuk menampilkan dan menganalisis tradeoff itu adalah dengan persamaan kurva Phillips, yang menyatakan bahwa inflasi tergantung pada inflasi yang diharapkan, pengangguran siklis, dan guncangan penawaran.

B.   Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun masih banyak menemui kesulitan dalam pencarian data maupun analisis pokok bahasan. Oleh karenanya, hasil output makalah ini setidaknya menjadi cerminan penyusun untuk kemudian bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Dengan adanya makalah mengenai trade off jangka pendek antara inflasi dan pengangguran ini, kita dapat mengetahui bahwa para pengambil kebijakan terutama moneter harus mempraktekkan dengan baik kurva Phillips ini, namun di Indonesia hal ini tidak terjadi karena pada dasarnya kurva Phillips tidak cocok dengan kondisi perekonomian di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw, “Principles of Macroeconomics”, Thompson/South Western, Fifth
Edition, 2008.
2. Mankiw, N. Gregory. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga, 2006.
3. Samuel, Paul A & William D. Nordhaus. Ilmu Makroekonomi Edisi Tujuh Belas. Jakarta: PT. Media Global Edukasi, 2004.








No comments:

Post a Comment