KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul”
Makalah Tentang Ridha” sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Dan
juga kami berterima kasih pada Ibu Dosen
mata kuliah Akida Akhlak yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Makalah
ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akida Akhlak. Selain itu
kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai pengertian ridho,macam-macam ridho,dan contoh
sikap ridho yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian demi
memperbaiki makalah ini di kemudian hari.
Demikian
makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin
Makassar,
23 Desember 2016
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR
ISI...............................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................................1
a)
Latarbelakang.................................................................................................1
b)
Rumusan
masalah..........................................................................................1
c)
Tujuan.............................................................................................................2
BAB
II PEMBAHASAN..............................................................................................3
a)
Pengertian
Ridha............................................................................................3
b)
Tingkatan
Ridha..............................................................................................4
c)
Macam-Macam Sikap Ridha...................
.......................................................5
d)
Manfaat menjalakan sifat
Ridha........................ .............................................8
e)
Nilai positif perilaku Ridha...............................................................................9
BAB
III
PENUTUP.....................................................................................................10
a) Kesimpulan....................................................................................................10
b) Saran..............................................................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Seiring berjalannya waktu pengertian dan
pemahaman orang tentang Ridho itu sangat beraneka ragam, ada juga yang bahkan
tidak tahu makna dari ridho itu sendiri apa, dan ada pula yang tau makna ridho
yang sebenarnya tapi tidak mengamalkannya dalam kehidupan. Telah
menjadi sunnatullah bahwa setiap kejadian, mengandung kausalitas dan hikmah.
Ada sebab dan ada akibat, disamping bertujuan. Adalah mustahil suatu cita-cita
berhasil hanya dengan modal hayal dan bermalas-malas, tanpa suatu kerja dan
usaha. Maka wajib ada factor usaha atau ikhtiar dan bertanggungjawab dari
manusia.
Kesiapan yang
berimbang antara mendapatkan nikmat dan niqmah (cobaan) inilah yang harus
dimiliki oleh semua orang. Namun sering kali manusia hanya siap untuk menerima
nikmat, dan tidak siap untuk menerima cobaan dan ujian Allah swt, disinilah
diperlukan adanya Ridho dalam menerima semua ketentuan Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang
masalah diatas, adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian ridho?
2. Macam-Macam Sikap Ridha ?
3. Bagaimana Bercermin pada Hati Nurani
untuk mencapai Ridha?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian ridho.
2.
Untuk mengetahui bagaimana Menerima Ketentuan Allah dengan Lapang Dada.
3.Untuk
mengetahui bagaimana Bercermin pada Hati untuk mencapai Ridha.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ridha
Perkataan ridha berasal dari
bahasa arab, radhiya yang artinya senang hati (rela). Ridha menurut syariah
adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik
berupa hukum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya. Sikap ridha harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat
maupun tatkala ditimpa musibah. Adapun beberapa pengertian ridha, yaitu:
Menurut
W.J.S Purwadarminta dalam KBBI diartikan rela, suka, dan senang hati. Sedangkan
secara istilah yaitu perasaan lega atu kepuasan seseorang terhadap hasil
prestasi yang diraihnya atau keputusan yang diberikan oleh Allah SWT sebagai
takdirnya, dan atau pihak lain yang harus diterima sesuai prinsip keadilan.
Menurut Imam
Gozali, ridha adalah segala keputusan Allah SWT, merupakan puncak keindahan
akhlak. Orang yang berhati ridha pada Allah juga memiliki sikap optimis,lapang
dada, kosong hatinya dari dengki, selalu berprasangka baik, bahkan lebih dari
itu, yaitu memandang baik, sempurna, penuh hikmah, semua yang terjadi semua
sudah ada dalam rancangan, ketentuan Allah. Berbeda dengan orang-orang yang
selalu membuat kerusakan di muka bumi ini, mereka selalu ridha apabila
melakukan perbuatan yang Allah haramkan, dalam hatinya selalu merasa kurang
apabila meninggalkan kebiasaan buruk yang selama ini mereka perbuat, dengan
kata lain merasa puas hati apabila aktivitas hidupnya bisa membuat risau,
khawatir, dan selalu mengganggu terhadap sesamanya. Semuanya itu ia lakukan
karena mengikut hawa nafsu yang tanpa ia sadari bahwa sebenarnya syaitan telah
menjerat dirinya dalam perbuatan dosa. Lebih jelasnya Allah telah menjelaskan
dalam surat At-Taubah ayat 96:
يَحْلِفُوْنَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ
فَإِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنَّ اللهَ لاَ يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ
الْفَاسِقِيْنَ
“Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha
kepada mereka, tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, Sesungguhnya
Allah tidak ridha kepada orang-orang yang berbuat fasik.” At-Taubah ayat 96:
Dari
‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib radhiyallahu
‘anhu, bahwa dia telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً)
“Akan
merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha kepada Allah sebagai
Rabbnya dan Islam sebagai
agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya”
dalam
pertengahan ayat yang ke-7 dari surat Az-Zumar di sebutkan:
وَلاَ
يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ
Artinya:
“……….., dan Dia tidak me-ridhai kekafiran bagi hamba-Nya,………..”
B. Tingkatan
Ridha
1. Ridhâ al-muhsinîn
Relanya seseorang kepada hukum Allah, tetapi tingkat
ini belum mencapai tingkat rela kepada
kesulitan dan penderitaan.
2. Ridhâ al-Syuhadâi
Kecintaannya kepada Allah tanpa mengharapkan
balasan, menyebabkan dia rela terhadap hokum dan terhadap segala sesuatu yang
menimpanya.
3. Ridhâ al-shiddîqîna
Keasyikannya setiap saat menyatu bersama Allah, dan
terus berusaha naik pada maqam-maqam selanjutnya, sehingga merasakan kenikmatan
bersama Allah apapun yang menimpanya. Ini adalah urusan al-zauq (perasaan)
karena syauq (rindunya) kepada Allah.
4. Ridhâ al-muqarrabîn
Relanya orang-orang yang sudah kembali dari al-Haq
kepada al-Khâliq (Allah Swt.)
C. Macam-Macam
Sikap Ridha
1.
Rida kepada Allah Swt.
Rida kepada Allah Swt. berarti menerima dg sepenuh
hati bahwa Allah Swt. adalah tuhan sekalian alam yg harus kita sembah dan tidak
menyekutukan-Nya.
{وَلَكِنَّ
اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْأِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ
إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ}
“Tetapi
Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan
menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan
yang lurus” (QS al-Hujuraat:7).
2. Rida kepada agama Allah Swt.
Rida terhadap agama Allah Swt. berarti menerima dg
sepenuh hati agama Allah Swt. yg berisi aturan-aturan yg harus kita laksanakan
dengan sepenuh hati dan larangan-larangan yang harus kita tinggalkan dengan
penuh keikhlasan.Sikap ikhlas berhubungan dg niat seseorang ketika mengerjakan
suatu, pekerjaan. Ikhlas atau tidaknya seseorang berniat melakukan sesuatu
pekerjaan sangat ditentukan oleh niatnya. Apabila seseorang berniat melakukan
sesuatu karena Allah Swt. dan mengharapkan rida-Nya, maka hatinya berarti
ikhlas. Sebaliknya apabila niatnya bukan karena Allah dg mengharap pujian,
sanjungan dan imbalan Berarti hatinya tidak ikhlas.
3.Ridha
terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya.
Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat
diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam.
Ayat Al -Qur'an tentang Ridho dalam beribadah
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الأَرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا
وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6)
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang
nyata (Lauh mahfuzh).(Q.S.Hud :6)
لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ
أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ
لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ
اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (273)
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang
terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi;
orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari
minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak
meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.(Q.S.Al-Baqarah
: 273)
4.
Ridha terhadap taqdir Allah.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia
tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan
keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang
perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar
merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun
menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha
adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha
sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik
(Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit
semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya
untuk bermusyahadah kepada Allah.
5.Ridha
terhadap perintah orang tua.
Ridha
terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada
Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah
Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14 ;
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
Bahkan
Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan
murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang
tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun
beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia
tidak menghiraukan panggilan ibunya.
6.
Ridha terhadap peraturan dan undang-undang Negara
Mentaati peraturan
yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk
ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan
ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59
berikut :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ
آمَنُوا
أَطِيعُوا
اللَّهَ
وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ
وَأُولِي
الْأَمْرِ
مِنْكُمْ
ۖ
فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ
فِي
شَيْءٍ
فَرُدُّوهُ
إِلَى
اللَّهِ
وَالرَّسُولِ
إِنْ
كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ
ۚ
ذَٰلِكَ
خَيْرٌ
وَأَحْسَنُ
تَأْوِيلًا
Artinya
: “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Dalil Al-Quran :
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ
Artinya
:
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
D. Manfaat menjalakan sifat Ridha
1. Manfaat
suatu keridhaan yaitu Dengan ridho umat manusia akan
2. menimbulkan
rasa optimis yang kuat dalam menjalani dan menatap kehidupan di masa depan
dengan mengambil hikmah dari kehidupan masa lampau, orang yang berhati ridho
atas keputusan-keputusan Allah SWT,
3. hatinya menjadi lapang,
4. dan jauh dari sifat iri hati, dengki hasat dan
bahkan tamak/rakus,
5. ridho akan menumbuhkan sikap husnuz zann,
terhadap ketentuan-ketentuan Allah, sehingga manusia tetap teguh iman dan amal
shalehahnya,
6. dengan
ridho setiap kesulitan yang kita hadapi akan ada jalan keluarnya, di tiap satu
kesulitan ada dua kemudahan, dengan ridha akan menumbuhkan rasa cinta kasih
terhadap sesama makhluk Allah SWT, dan akan lebih dekat dengan Allah SWT.
E. Nilai
positif perilaku Ridha
Rida
merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang berkenaan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat ataupun yang
dihadapi dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
Adapun
nilai-nilai yang terkandung dalam sikap ridha :
1.
Menciptakan suasana batin yang puas, lega, bahagia
2.
Membawa ketentraman jiwa dan kesejahteraan rohani
3. Menghilangkan kebencian
4. Mendorong memikir positif
5. Mendorong pelakunya beramal sholeh
6.
Akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
(surga) karena ia selalu ingin mendapat ridlo dari Allah SWT
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ridha adalah salah satu akhlak terpuji yang memiliki
pengertian menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt.
Ridha menurut baitul hikmah dikelompokkan menjadi 3 yaitu ridha kepada Allah,
ridha apa yang datang dari Allah, dan ridha pada qada’ dan qadar Allah. Bentuk
perilaku ridah salah satunya yaitu rela menerima setiap takdir yang sudah
ditenteukan Allah dan berkeyakinan bahwa dibalik takdir baik maupun buruk
tersimpan rahasia dan hikmah yang berharga. Selain itu perilaku ridha juga terdapat
nilai positifnya, seperti menghilangkan kebencian, menciptakan suasana batin
yang puas, lega dan bahagia. Kita juga perlu untuk membiasakan ridha dalam
kehidupan sehari-hari kita, namun tidak semudah membalikkan telapak tangan
karena semua itu memerlukan proses yang bertahap.
B. Saran
Penulis menyarankan agar masyarakat tahu, serta
dapat memahami apa saja isi sifat-sifat terpuji yang terdapat di dalam
al-qur’an. Agar masyarakat mengerti manfaat-manfaat dan bahaya jika tidak
melakukan perbuatan terpuji ini.
Sebagai seorang manusia tentunya kita harus mempunyai sifat ridho,
karena dengan adanya sifat ridho, kita bisa belajar tentang arti kesabaran.
Sikap ridho juga sangat bermanfaat dalam melatih kesabaran. Semua yang terjadi
di dalam kehidupan kita memang sudah diatur oleh Allah SWT. Maka jika memang
tidak sesuai denga kenyataan, kita harus belajar bersabar dan ridho terhadap
keputusan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
-
Tasawwuf definisi-penjelasan-ridha-dalam-tasawuf/2014
-
Buku LKS Aqidah
Akhlak_2015
-
Buku
2012/01/materi-aqidah-akhlak-tentang-adil-rida.
-
Buku Aqidah Akhlak_ Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, MA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Seiring berjalannya waktu pengertian dan
pemahaman orang tentang Ridho itu sangat beraneka ragam, ada juga yang bahkan
tidak tahu makna dari ridho itu sendiri apa, dan ada pula yang tau makna ridho
yang sebenarnya tapi tidak mengamalkannya dalam kehidupan. Telah
menjadi sunnatullah bahwa setiap kejadian, mengandung kausalitas dan hikmah.
Ada sebab dan ada akibat, disamping bertujuan. Adalah mustahil suatu cita-cita
berhasil hanya dengan modal hayal dan bermalas-malas, tanpa suatu kerja dan
usaha. Maka wajib ada factor usaha atau ikhtiar dan bertanggungjawab dari
manusia.
Kesiapan yang
berimbang antara mendapatkan nikmat dan niqmah (cobaan) inilah yang harus
dimiliki oleh semua orang. Namun sering kali manusia hanya siap untuk menerima
nikmat, dan tidak siap untuk menerima cobaan dan ujian Allah swt, disinilah
diperlukan adanya Ridho dalam menerima semua ketentuan Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang
masalah diatas, adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian ridho?
2. Macam-Macam Sikap Ridha ?
3. Bagaimana Bercermin pada Hati Nurani
untuk mencapai Ridha?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian ridho.
2.
Untuk mengetahui bagaimana Menerima Ketentuan Allah dengan Lapang Dada.
3.Untuk
mengetahui bagaimana Bercermin pada Hati untuk mencapai Ridha.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ridha
Perkataan ridha berasal dari
bahasa arab, radhiya yang artinya senang hati (rela). Ridha menurut syariah
adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik
berupa hukum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya. Sikap ridha harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat
maupun tatkala ditimpa musibah. Adapun beberapa pengertian ridha, yaitu:
Menurut
W.J.S Purwadarminta dalam KBBI diartikan rela, suka, dan senang hati. Sedangkan
secara istilah yaitu perasaan lega atu kepuasan seseorang terhadap hasil
prestasi yang diraihnya atau keputusan yang diberikan oleh Allah SWT sebagai
takdirnya, dan atau pihak lain yang harus diterima sesuai prinsip keadilan.
Menurut Imam
Gozali, ridha adalah segala keputusan Allah SWT, merupakan puncak keindahan
akhlak. Orang yang berhati ridha pada Allah juga memiliki sikap optimis,lapang
dada, kosong hatinya dari dengki, selalu berprasangka baik, bahkan lebih dari
itu, yaitu memandang baik, sempurna, penuh hikmah, semua yang terjadi semua
sudah ada dalam rancangan, ketentuan Allah. Berbeda dengan orang-orang yang
selalu membuat kerusakan di muka bumi ini, mereka selalu ridha apabila
melakukan perbuatan yang Allah haramkan, dalam hatinya selalu merasa kurang
apabila meninggalkan kebiasaan buruk yang selama ini mereka perbuat, dengan
kata lain merasa puas hati apabila aktivitas hidupnya bisa membuat risau,
khawatir, dan selalu mengganggu terhadap sesamanya. Semuanya itu ia lakukan
karena mengikut hawa nafsu yang tanpa ia sadari bahwa sebenarnya syaitan telah
menjerat dirinya dalam perbuatan dosa. Lebih jelasnya Allah telah menjelaskan
dalam surat At-Taubah ayat 96:
يَحْلِفُوْنَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ
فَإِنْ تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنَّ اللهَ لاَ يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ
الْفَاسِقِيْنَ
“Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha
kepada mereka, tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, Sesungguhnya
Allah tidak ridha kepada orang-orang yang berbuat fasik.” At-Taubah ayat 96:
Dari
‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib radhiyallahu
‘anhu, bahwa dia telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً)
“Akan
merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha kepada Allah sebagai
Rabbnya dan Islam sebagai
agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya”
dalam
pertengahan ayat yang ke-7 dari surat Az-Zumar di sebutkan:
وَلاَ
يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ
Artinya:
“……….., dan Dia tidak me-ridhai kekafiran bagi hamba-Nya,………..”
B. Tingkatan
Ridha
1. Ridhâ al-muhsinîn
Relanya seseorang kepada hukum Allah, tetapi tingkat
ini belum mencapai tingkat rela kepada
kesulitan dan penderitaan.
2. Ridhâ al-Syuhadâi
Kecintaannya kepada Allah tanpa mengharapkan
balasan, menyebabkan dia rela terhadap hokum dan terhadap segala sesuatu yang
menimpanya.
3. Ridhâ al-shiddîqîna
Keasyikannya setiap saat menyatu bersama Allah, dan
terus berusaha naik pada maqam-maqam selanjutnya, sehingga merasakan kenikmatan
bersama Allah apapun yang menimpanya. Ini adalah urusan al-zauq (perasaan)
karena syauq (rindunya) kepada Allah.
4. Ridhâ al-muqarrabîn
Relanya orang-orang yang sudah kembali dari al-Haq
kepada al-Khâliq (Allah Swt.)
C. Macam-Macam
Sikap Ridha
1.
Rida kepada Allah Swt.
Rida kepada Allah Swt. berarti menerima dg sepenuh
hati bahwa Allah Swt. adalah tuhan sekalian alam yg harus kita sembah dan tidak
menyekutukan-Nya.
{وَلَكِنَّ
اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْأِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ
إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ}
“Tetapi
Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan
menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan
yang lurus” (QS al-Hujuraat:7).
2. Rida kepada agama Allah Swt.
Rida terhadap agama Allah Swt. berarti menerima dg
sepenuh hati agama Allah Swt. yg berisi aturan-aturan yg harus kita laksanakan
dengan sepenuh hati dan larangan-larangan yang harus kita tinggalkan dengan
penuh keikhlasan.Sikap ikhlas berhubungan dg niat seseorang ketika mengerjakan
suatu, pekerjaan. Ikhlas atau tidaknya seseorang berniat melakukan sesuatu
pekerjaan sangat ditentukan oleh niatnya. Apabila seseorang berniat melakukan
sesuatu karena Allah Swt. dan mengharapkan rida-Nya, maka hatinya berarti
ikhlas. Sebaliknya apabila niatnya bukan karena Allah dg mengharap pujian,
sanjungan dan imbalan Berarti hatinya tidak ikhlas.
3.Ridha
terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya.
Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat
diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam.
Ayat Al -Qur'an tentang Ridho dalam beribadah
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الأَرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا
وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6)
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang
nyata (Lauh mahfuzh).(Q.S.Hud :6)
لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ
أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ
لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ
اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (273)
(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang
terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi;
orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari
minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak
meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.(Q.S.Al-Baqarah
: 273)
4.
Ridha terhadap taqdir Allah.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia
tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan
keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang
perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar
merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun
menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha
adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha
sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik
(Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit
semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya
untuk bermusyahadah kepada Allah.
5.Ridha
terhadap perintah orang tua.
Ridha
terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada
Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah
Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14 ;
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
Bahkan
Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan
murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang
tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun
beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia
tidak menghiraukan panggilan ibunya.
6.
Ridha terhadap peraturan dan undang-undang Negara
Mentaati peraturan
yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk
ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan
ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59
berikut :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ
آمَنُوا
أَطِيعُوا
اللَّهَ
وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ
وَأُولِي
الْأَمْرِ
مِنْكُمْ
ۖ
فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ
فِي
شَيْءٍ
فَرُدُّوهُ
إِلَى
اللَّهِ
وَالرَّسُولِ
إِنْ
كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ
ۚ
ذَٰلِكَ
خَيْرٌ
وَأَحْسَنُ
تَأْوِيلًا
Artinya
: “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Dalil Al-Quran :
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ
Artinya
:
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
D. Manfaat menjalakan sifat Ridha
1. Manfaat
suatu keridhaan yaitu Dengan ridho umat manusia akan
2. menimbulkan
rasa optimis yang kuat dalam menjalani dan menatap kehidupan di masa depan
dengan mengambil hikmah dari kehidupan masa lampau, orang yang berhati ridho
atas keputusan-keputusan Allah SWT,
3. hatinya menjadi lapang,
4. dan jauh dari sifat iri hati, dengki hasat dan
bahkan tamak/rakus,
5. ridho akan menumbuhkan sikap husnuz zann,
terhadap ketentuan-ketentuan Allah, sehingga manusia tetap teguh iman dan amal
shalehahnya,
6. dengan
ridho setiap kesulitan yang kita hadapi akan ada jalan keluarnya, di tiap satu
kesulitan ada dua kemudahan, dengan ridha akan menumbuhkan rasa cinta kasih
terhadap sesama makhluk Allah SWT, dan akan lebih dekat dengan Allah SWT.
E. Nilai
positif perilaku Ridha
Rida
merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang berkenaan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat ataupun yang
dihadapi dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
Adapun
nilai-nilai yang terkandung dalam sikap ridha :
1.
Menciptakan suasana batin yang puas, lega, bahagia
2.
Membawa ketentraman jiwa dan kesejahteraan rohani
3. Menghilangkan kebencian
4. Mendorong memikir positif
5. Mendorong pelakunya beramal sholeh
6.
Akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
(surga) karena ia selalu ingin mendapat ridlo dari Allah SWT
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ridha adalah salah satu akhlak terpuji yang memiliki
pengertian menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt.
Ridha menurut baitul hikmah dikelompokkan menjadi 3 yaitu ridha kepada Allah,
ridha apa yang datang dari Allah, dan ridha pada qada’ dan qadar Allah. Bentuk
perilaku ridah salah satunya yaitu rela menerima setiap takdir yang sudah
ditenteukan Allah dan berkeyakinan bahwa dibalik takdir baik maupun buruk
tersimpan rahasia dan hikmah yang berharga. Selain itu perilaku ridha juga terdapat
nilai positifnya, seperti menghilangkan kebencian, menciptakan suasana batin
yang puas, lega dan bahagia. Kita juga perlu untuk membiasakan ridha dalam
kehidupan sehari-hari kita, namun tidak semudah membalikkan telapak tangan
karena semua itu memerlukan proses yang bertahap.
B. Saran
Penulis menyarankan agar masyarakat tahu, serta
dapat memahami apa saja isi sifat-sifat terpuji yang terdapat di dalam
al-qur’an. Agar masyarakat mengerti manfaat-manfaat dan bahaya jika tidak
melakukan perbuatan terpuji ini.
Sebagai seorang manusia tentunya kita harus mempunyai sifat ridho,
karena dengan adanya sifat ridho, kita bisa belajar tentang arti kesabaran.
Sikap ridho juga sangat bermanfaat dalam melatih kesabaran. Semua yang terjadi
di dalam kehidupan kita memang sudah diatur oleh Allah SWT. Maka jika memang
tidak sesuai denga kenyataan, kita harus belajar bersabar dan ridho terhadap
keputusan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
-
Tasawwuf definisi-penjelasan-ridha-dalam-tasawuf/2014
-
Buku LKS Aqidah
Akhlak_2015
-
Buku
2012/01/materi-aqidah-akhlak-tentang-adil-rida.
-
Buku Aqidah Akhlak_ Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, MA
Kami adalah sebuah organisasi yang dibentuk untuk membantu orang yang membutuhkan
ReplyDeletebantuan, seperti bantuan keuangan. Jadi, jika Anda akan melalui keuangan
masalah, jika Anda memiliki kekacauan finansial dan Anda perlu dana untuk
memulai bisnis Anda sendiri atau Anda membutuhkan pinjaman untuk melunasi hutang atau membayar
tagihan, memulai bisnis yang baik atau Anda merasa sulit
mendapatkan pinjaman modal dari bank lokal, hubungi kami hari ini via e - email
rebeccawilliamsloanfirm@gmail.com
"Jadi, jangan biarkan kesempatan ini berlalu begitu,
Anda disarankan untuk mengisi dan mengembalikan rincian di bawah ini ..
Namamu: ______________________
Alamat Anda: ____________________
Negaramu: ____________________
Tugas Anda: __________________
Jumlah pinjaman yang dibutuhkan: ______________
Jangka waktu pinjaman: ____________________
Pendapatan bulanan: __________________
Nomor handphone: ________________
Apakah Anda mengajukan pinjaman sebelumnya: ________________
Jika Anda telah mengajukan pinjaman sebelumnya, di mana Anda diperlakukan dengan jujur? ...
Bertindak cepat dan keluar dari tekanan keuangan, berantakan, dan tantangan
hubungi REBECCA WILLIAMS PINJAMAN PERUSAHAAN hari ini melalui e - mail:
rebeccawilliamsloanfirm@gmail.com